DATA SCALLING (LM35)

TUJUAN

  1. Dapat mengetahui data scalling
  2. Dapat menggunakan instruksi dari data scalling

DASAR TEORI

DATA SCALLING

Scale – SCL(194)

Penggunaan Skala di PLC biasanya bertujuan untuk memudahkan dalam perhitungan, memudahkan dalam menyampaikan informasi atau memberikan perintah. Misalnya pada praktikum kali ini digunakan potensiometer yang menghasilkan output data analog. Kemudian potensiometer tersebut dihubungkan pada Modul Analog to Digital Converter (ADC) agar nilai analognya dapat terbaca sebagai nilai Digital oleh PLC. Selanjutnya didapat 2 besaran, yaitu besaran bacaan dari potensiometer (0 – 255) dan besaran digital  melalui ADC (resolusi ADC 6000). Data yang masuk ke dalam memory PLC tentu berupa data digital yang mewakili nilai bacaan dari potensiometer. Namun pada praktikum kali ini akan digunakan besaran digital ADC untuk menggantikan besaran dari bacaan potensiometer dan untuk besaran yang lain digunakan besaran dalam Volt dimana range-nya adalah 0 V – 5 V. Tentu sangat tidak mungkin kita menampilkan nilai 6000 untuk memberi informasi besar tegangan yang dihasilkan dari bacaan nilai potensiometer, karena akan sulit dipahami. Itu lah kenapa kita perlu melakukan skala di PLC agar nilai Digital 6000 tersebut dapat ditampilkan menjadi 5 V.

Persamaan garis lurus dapat digunakan sebagai metode untuk menyelesaikan permasalahan skala yang memiliki 2 variable. Dimana variable yang telah diketahui nilainya ditetapkan sebagai X, sedangkan variable yang belum diketahui nilainya sebagai Y. Persamaan paling umum yang digunakan dan grafik contohnya gambar di bawah ini.

Anggaplah X adalah nilai digital yang masuk ke PLC, sedangkan Y adalah nilai jarak yang akan ditampilkan. Titik A dan B adalah 2 titik minimum yang kita perlukan untuk melakukan operasi Skala di PLC.  Koordinat dari titik A menurut gambar di atas adalah (As,Ad) dan koordinat titik B adalah (Bs,Bd). Maka dengan persamaan garis lurus nilai yang berada di antara As dan Bs (misalnya titik Cs) dapat diketahui hasilnya pada Cd. Dan seterusnya.

Lalu bagaimana Skala di PLC dapat dilakukan?

CX Programmer oleh telah disediakan perintah SCL untuk melakukan operasi Skala di PLC seperti pada gambar di bawah ini:

Parameter yang perlu diperhatikan adalah

  1. S sebagai sumber data memory yang akan dilakukan skala,
  2. P1 adalah informasi 2 titik sampling. Data pada P1 memakai panjang data 4 word yang berfungsi menyimpan nilai As, Ad, Bs dan Bd.
  3. R adalah data memory yang menampilkan hasil Skala

Untuk dapat menggunakan sensor berjenis analog (pada praktikum kali ini digunakan potensiometer), sensor tersebut harus dihubungkan ke port ADC yang ada. PLC dapat membaca data analog arus atau tegangan tergantung dengan kondisi deep switch yang ada di bagian analog input/output PLC.

Deep Switch

Sensor analog yang dapat terhubung ke PLC CP1H memungkinkan untuk 4 sensor analog untuk dapat terhubung ke PLC. Port input tersebut ada 8 buah port yang masing masing saling berpasangan untuk input positif (+) dan negatifnya (-) sehingga hanya ada 4 sensor yang dapat masuk ke PLC

Port Analog I/O

HASIL PRAKTIKUM

Ladder Program


PEMBAHASAN

Sebelum membuat ladder diagram untuk membaca nilai dari suatu sensor analog diperlukan beberapa pengaturan yang dibutuhkan. Pertama ialah mengatur resolusi yang akan digunakan, dalam PLC CP1H terdapat 2 range resolusi yaitu 1/6000 atau 1/12000. Selanjutnya aktifkan input analog yang ingin digunakan dan pilih range-nya (0 – 5 V).

Setelah langkah-langkah diatas sudah selesai diset, selanjutnya adalah membuat diagram ladder. Instruksi yang digunakan untuk membaca analog input adalah instruksi scale (SCL). Dalam Instruksi ini membutuhkan 3 variabel. Variabel yang pertama adalah alamat input analog, yang kedua adalah parameter range awal, dan yang terakhir adalah alamat data analog yang sudah diolah (Tempat penyimpanan).

Instruksi SCL digunakan untuk scaling data. Untuk melakukan scaling data diperlukan 4 alamat sebagai acuan scaling. Data P1 akan digunakan sebagai awal data scaling (BCD). P1+1 akan digunakan sebagai data awal input analog. P1+2 sebagai data akhir data scaling (BCD). dan P1+3 sebagai range akhir data input analog.

Instruksi SCL

Data Parameter Scalling
Pada kegiatan ini akan membaca input analog dari LM35 yang dihubungkan ke slot 4 analog (alamat 200).Untuk membaca analog input dari LM35, parameter scalling yang digunakan adalah 0-&6000 (tergantung resolusi yang digunakan) untuk analog input parameter dan 0-#1000. Selanjutnya untuk scalling input parameter,.alamat yang digunakan untuk menyimpan parameter tersebut adalah D30-D33. Nantinya analog input yang masuk ke PLC akan diubah menjadi rangenya menjadi 0-100 yang awalnya dari 0-6000. Hasil scaling tersebut akan disimpan di alamat D200. Untuk mendapatkan nilai suhu (dalam Celcius) data keluaran dari sensor suhu LM35 dalam satuan V dikalikan 1000 untuk dikonversi menjadi mV dengan menggunakan instruksi BCD Calculation (*B) dengan memasukkan alamat data hasil pembacaan sensor, nilai perkalian yang diinginkan, dan alamat penyimpanan hasil perkalian data. Selanjutnya hasilnya akan dibagi 10 dengan menggunakan instruksi BCD Calculation (/B), hal ini dikarenakan setiap kenaikan 10 mV menginterpretasikan kenaikan 1 derajat Celcius pada LM35 sehingga untuk mengetahui nilai voltase dari suhunya dibagi dengan 10 mV.

KESIMPULAN

  • Perangkat PLC dapat membaca input digital maupun analog
  • Untuk melakukan pembacaan input digital maupun analog diperlukan perubahan setting pada PLC
  • Input analog dihubungkan pada pin ADC yang terdapat pada PLC (alamat 200-203)
  • Pengaturan resolusi analog disesuaikan dengan tipe PLC yang digunakan
  • Bacaan input analog perlu dilakukan scalling agar dapat ditentukan range datanya yang nantinya akan mempermudah pembacaan datanya
  • Untuk melakukan pengkoversian kedalam Celcius, data hasil pembacaan dikonversikan kedalam mV dengan mengalikan hasil pembacaan dengan 5 untuk skala 0-1000 (hasil dalam satuan mV).
  • Pengkonversian kedalam Celcius dilakukan dengan cara hasil pengkonversian ke dalam mV dikalikan dengan 10.

DAFTAR PUSTAKA

EBHE (3 Oktober 2009). Apa itu PLC dan Apa Fungsinya. Dikutip 1 September 2019 dari ndoware :https://ndoware.com/apa-itu-plc.html
Wicaksono, Handy (2009). Programmable Logic Control Teori, Pemrograman, dan Aplikasinya dalam sistem otomasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.mouser.com/ds/2/307/-532345.pdf

https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com/2016/08/mengenal-digital-dan-analog-inputoutput.html

 

DATA SCALLING (SCL)

TUJUAN

  1. Dapat mengetahui data scalling
  2. Dapat menggunakan instruksi dari data scalling

DASAR TEORI

DATA SCALLING

Scale – SCL(194)

Penggunaan Skala di PLC biasanya bertujuan untuk memudahkan dalam perhitungan, memudahkan dalam menyampaikan informasi atau memberikan perintah. Misalnya pada praktikum kali ini digunakan potensiometer yang menghasilkan output data analog. Kemudian potensiometer tersebut dihubungkan pada Modul Analog to Digital Converter (ADC) agar nilai analognya dapat terbaca sebagai nilai Digital oleh PLC. Selanjutnya didapat 2 besaran, yaitu besaran bacaan dari potensiometer (0 – 255) dan besaran digital  melalui ADC (resolusi ADC 6000). Data yang masuk ke dalam memory PLC tentu berupa data digital yang mewakili nilai bacaan dari potensiometer. Namun pada praktikum kali ini akan digunakan besaran digital ADC untuk menggantikan besaran dari bacaan potensiometer dan untuk besaran yang lain digunakan besaran dalam Volt dimana range-nya adalah 0 V – 5 V. Tentu sangat tidak mungkin kita menampilkan nilai 6000 untuk memberi informasi besar tegangan yang dihasilkan dari bacaan nilai potensiometer, karena akan sulit dipahami. Itu lah kenapa kita perlu melakukan skala di PLC agar nilai Digital 6000 tersebut dapat ditampilkan menjadi 5 V.

Persamaan garis lurus dapat digunakan sebagai metode untuk menyelesaikan permasalahan skala yang memiliki 2 variable. Dimana variable yang telah diketahui nilainya ditetapkan sebagai X, sedangkan variable yang belum diketahui nilainya sebagai Y. Persamaan paling umum yang digunakan dan grafik contohnya gambar di bawah ini.

Anggaplah X adalah nilai digital yang masuk ke PLC, sedangkan Y adalah nilai jarak yang akan ditampilkan. Titik A dan B adalah 2 titik minimum yang kita perlukan untuk melakukan operasi Skala di PLC.  Koordinat dari titik A menurut gambar di atas adalah (As,Ad) dan koordinat titik B adalah (Bs,Bd). Maka dengan persamaan garis lurus nilai yang berada di antara As dan Bs (misalnya titik Cs) dapat diketahui hasilnya pada Cd. Dan seterusnya.

Lalu bagaimana Skala di PLC dapat dilakukan?

CX Programmer oleh telah disediakan perintah SCL untuk melakukan operasi Skala di PLC seperti pada gambar di bawah ini:

Parameter yang perlu diperhatikan adalah

  1. S sebagai sumber data memory yang akan dilakukan skala,
  2. P1 adalah informasi 2 titik sampling. Data pada P1 memakai panjang data 4 word yang berfungsi menyimpan nilai As, Ad, Bs dan Bd.
  3. R adalah data memory yang menampilkan hasil Skala

Untuk dapat menggunakan sensor berjenis analog (pada praktikum kali ini digunakan potensiometer), sensor tersebut harus dihubungkan ke port ADC yang ada. PLC dapat membaca data analog arus atau tegangan tergantung dengan kondisi deep switch yang ada di bagian analog input/output PLC.

Deep switch

Sensor analog yang dapat terhubung ke PLC CP1H memungkinkan untuk 4 sensor analog untuk dapat terhubung ke PLC. Port input tersebut ada 8 buah port yang masing masing saling berpasangan untuk input positif (+) dan negatifnya (-) sehingga hanya ada 4 sensor yang dapat masuk ke PLC

Port analog I/O

HASIL PRAKTIKUM

PEMBAHASAN

Sebelum membuat ladder diagram untuk membaca nilai dari suatu sensor analog diperlukan beberapa pengaturan yang dibutuhkan. Pertama ialah mengatur resolusi yang akan digunakan, dalam PLC CP1H terdapat 2 range resolusi yaitu 1/6000 atau 1/12000. Selanjutnya aktifkan input analog yang ingin digunakan dan pilih range-nya (0 – 5 V).

Setelah langkah-langkah diatas sudah selesai diset, selanjutnya adalah membuat diagram ladder. Instruksi yang digunakan untuk membaca analog input adalah instruksi scale (SCL). Dalam Instruksi ini membutuhkan 3 variabel. Variabel yang pertama adalah alamat input analog, yang kedua adalah parameter range awal, dan yang terakhir adalah alamat data analog yang sudah diolah (Tempat penyimpanan).

Instruksi SCL digunakan untuk scaling data. Untuk melakukan scaling data diperlukan 4 alamat sebagai acuan scaling. Data P1 akan digunakan sebagai awal data scaling (BCD). P1+1 akan digunakan sebagai data awal input analog. P1+2 sebagai data akhir data scaling (BCD). dan P1+3 sebagai range akhir data input analog.

Instruksi SCL

Data parameter scalling

Pada kegiatan ini akan membaca input analog dari potensiometer yang dihubungkan ke slot 4 analog (alamat 203).Untuk membaca analog input dari potensiometer, parameter scalling yang digunakan adalah 0-&6000 (tergantung resolusi yang digunakan) untuk analog input parameter dan 0-#100. Selanjutnya untuk scalling input parameter,.alamat yang digunakan untuk menyimpan parameter tersebut adalah D30-D33. Nantinya analog input yang masuk ke PLC akan diubah menjadi rangenya menjadi 0-100 yang awalnya dari 0-6000. Hasil scaling tersebut akan disimpan di alamat D200.
Kemudian terdapat instruksi BCD Calculation yaitu Divide yang mengerjakan operasi aritmatika pembagian. Instruksi ini dibutuhkan agar output yang ditampilkan dari bacaan analog input potensiometer yang awalnya 0-6000 menjadi 0-5 V.

KESIMPULAN

  • Perangkat PLC dapat membaca input digital maupun analog
  • Untuk melakukan pembacaan input digital maupun analog diperlukan perubahan setting pada PLC
  • Input analog dihubungkan pada pin ADC yang terdapat pada PLC (alamat 200-203)
  • Pengaturan resolusi analog disesuaikan dengan tipe PLC yang digunakan
  • Bacaan input analog perlu dilakukan scalling agar dapat ditentukan range datanya yang nantinya akan mempermudah pembacaan datanya

DAFTAR PUSTAKA

EBHE (3 Oktober 2009). Apa itu PLC dan Apa Fungsinya. Dikutip 1 September 2019 dari ndoware :https://ndoware.com/apa-itu-plc.html
Wicaksono, Handy (2009). Programmable Logic Control Teori, Pemrograman, dan Aplikasinya dalam sistem otomasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.mouser.com/ds/2/307/-532345.pdf

Skala di PLC Omron menggunakan Perintah SCL

 

 

 

DATA COMPARATION DAN BCD CALCULATION

TUJUAN

  1. Dapat mengetahui tentang data comparation dan BCD calculation
  2. Dapat menggunakan Instruksi dari Data Comparation dan BCD Calculation

DASAR TEORI

  • DATA COMPARASION

COMPARE-CMP(020)

Instruksi ini digunakan untuk membandingkan dua buah data baik konstanta atau data yang ada pada suatu channel. Hasil komparasi apakah lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan dilihat dari bit flag “>”, “<” atau “=” yang telah disediakan.

Bila konstanta (#01F0) sama dengan (“=”) channel data 0000, Special Relay (SR) 25506 (P_EQ) akan ON, dan SR 25505 (P_GT) akan ON bila konstanta lebih besar (“>”) dari channel data 0000, dan SR 25507 (P_LT) akan ON bila konstanta lebih kecil (“<”) dari channel data 0000.

Pada satu waktu, hanya ada satu hasil yang didapati, baik itu relay 25505 (P_GT) atau 25506 (P_EQ) atau 25507 (P_LT) akan ON.

  • BCD CALCULATION

BCD ADD – ADD(030)

Instruksi ini digunakan untuk menjumlahkan dua buah data secara langsung atau data yang ada pada suatu channel dengan suatu data yang telah ditentukan melalui program, dan data hasil penjumlahan akan ditampilkan di channel hasil.

Bila ada sebuah carry dari hasil penjumlahan, maka carry flag (SR 25504) akan ON. Apabila hasil dari penjumlahan adalah 0000, SR 25506 (flag “=”) akan ON.

Jika dalam penjumlahan terjadi carry maka carry yang terjadi akan mempengaruhi operasi aritmatika yang lain.

Untuk menghilangkan efek carry tersebut direkomendasikan untuk menyertakan instruksi Clear Carry – CLC(041) di setiap instruksi aritmatika yang digunakan.

Jika dibutuhkan penjumlahan dengan hasil di atas 9999 bisa digunakan instruksi double BCD ADD yaitu ADDL(054).

BCD SUB – SUB(031)

Instruksi ini digunakan untuk operasi pengurangan. Operasi bisa dilakukan diantara konstanta nilai tertentu ataupun data yang ada pada suatu channel. Yang harus diperhatikan operasi ini tidak komutatif (harus diperhatikan mana yang dijadikan pengurang, mana data yang dikurangi).

Jika dalam pengurangan terjadi carry (hasil pengurangan kurang dari nol), maka carry yang terjadi akan mempengaruhi operasi aritmatika yang lain.

Untuk menghilangkan efek carry tersebut direkomendasikan untuk menyertakan instruksi Clear Carry – CLC(041) di setiap instruksi aritmatika yang digunakan.

INCREMENT DATA BCD – INC(038)

Instruksi digunakan untuk menambah 1 nilai yang ada pada suatu word untuk setiap siklus eksekusi instruksi. Untukmengetahui proses pertambahan dalam instruksi ini dapat digunakan input diferensiasi.

DECREMENT DATA BCD – DEC(039)

Instruksi digunakan untuk mengurangi 1 nilai yang ada pada suatu word untuk setiap siklus eksekusi instruksi. Untukmengetahui proses pengurangan dalam instruksi ini dapat digunakan input diferensiasi.

LADDER DIAGRAM

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dibuat ladder diagram untuk menjalankan suatu sistem mixer yang dimana sistem ini akan otomatis berhenti setelah melakukan 3 kali proses mixing. Instruksi yang digunakan sama dengan praktikum sebelumnya dimana menggunakan instruksi fungsi SET dan RESET. Untuk menghitung siklus kerja dari suatu sistem tersebut digunakan intruksi fungsi Compare [CMP(020)] dan ++B.

Intruksi ++B adalah instruksi fungsi incremen BCD yang digunakan untuk menambah suatu data. Dalam praktikum ini data incremen akan disimpan di dalam fungsi kerja Hold yang dapat menyimpan data layaknya ROM. Data yang akan digunakan untuk penjumlahan siklus dalam sistem ini adalah H0, nilai dari H0 akan bertambah ketika nilai dari sensor bawah mengalami Differential Down (DIFD) atau mengalami penurunan nilai dari 1 ke 0.

Untuk melakukan perbandingan jumlah siklus digunakan instruksi compare dengan cara mengetikkan CMP(020), lalu value yang pertama adalah nilai data asal (H0) yang ingin dicompare dan value yang kedua merupakan data kedua (limit siklus) yang ingin dicompare. Untuk membuat instruksi CMP(020) aktif terus menerus dibutuhkan input Pulse On (P_On). Untuk membuat sistem dapat berhenti setelah 3 kali proses maka dideklarasikan Pulse Equal (P_EQ). Instruksi tersebut akan bekerja ketika data yang dibandingkan pada fungsi Compare bernilai sama maka Pulse Equal akan aktif yang selanjutnya akan mengaktifkan bit kerja W0.01 dimana output ini akan bekerja untuk mematikan semua sistem dari mixer.

KESIMPULAN

Data Comparation merupakan suau fungsi yang digunakan untuk membandingkan 2 buah data. Hasil perbandingan itu dapat berupa lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan. Instruksi yang digunakan  untuk menggunakan fungsi komparasi ini ialah CMP(020).

BCD Calculation adalah fungsi yang digunakan untuk menjalankan operasi aritmatika yaitu penjumlahan dan pengurangan. Pada praktikum ini, digunakan fungsi Incremen BCD (++B) yang bekerja menambah jumlah data sebanyak 1. Data hasil incremen ini disimpan pada fungsi kerja H0, yang mana fungsi kerja tersebut akan tetap tersimpan dan tidak ter-reset ketika sistem kelistrikan pada PLC padam.

DAFTAR PUSTAKA

EBHE (3 Oktober 2009). Apa itu PLC dan Apa Fungsinya. Dikutip 1 September 2019 dari ndoware :https://ndoware.com/apa-itu-plc.html
Wicaksono, Handy (2009). Programmable Logic Control Teori, Pemrograman, dan Aplikasinya dalam sistem otomasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.mouser.com/ds/2/307/-532345.pdf

 

 

MOTOR DC dan MOTOR STEPPER

Nama : Syaikhul Awwali
NIM : 18/430203/PA/18716

MOTOR DC

Pengertian Motor DC

Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC atau DC Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per menit atau biasanya dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per minute) dan dapat dibuat berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam apabila polaritas listrik yang diberikan pada Motor DC tersebut dibalikan. Motor Listrik DC tersedia dalam berbagai ukuran rpm dan bentuk.

Prinsip Kerja Motor DC

Hasil gambar untuk simbol motor dc

Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator dan RotorStator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah bagian yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar. Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field winding (kumparan medan magnet), Armature Winding (Kumparan Jangkar), Commutator (Komutator) dan Brushes (kuas/sikat arang).

Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti. Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub utara magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan

Simulasi

Cara Kerja Rangkaian Driver
Gambar 1

Cara Kerja H-Bridge Transistor adalah saat input A bernilai 0 dan input B bernilai 0 juga maka transistor tidak akan aktif yang menyebabkan VCC tidak mengalir ke GND. Hal ini mengakibatkan motor DC tidak dapat berputar.

Gambar 2

Cara Kerja H-Bridge Transistor adalah saat input A bernilai 0 dan input B bernilai 1 juga maka transistor T2  akan aktif dan transistor T3 yang menyebabkan VCC  mengalir melalui motor DC menuju ke GND. Hal ini mengakibatkan motor DC berputar berlawanan arah jarum jam (CCW).

Cara Kerja H-Bridge Transistor adalah saat input A bernilai 1 dan input B bernilai 0 juga maka transistor T1  akan aktif dan transistor T4 yang menyebabkan VCC  mengalir melalui motor DC menuju ke GND. Hal ini mengakibatkan motor DC berputar searah arah jarum jam (CW).

Gambar 4

Cara Kerja H-Bridge Transistor adalah saat input A bernilai 1 dan input B bernilai 1 juga maka transistor tidak akan aktif yang menyebabkan VCC tidak mengalir ke GND. Hal ini mengakibatkan motor DC tidak dapat berputar.

Fungsi pada dioda dalam rangkaian adalah sebagai proteksi. Hal yang perlu diketahui adalah kedua input A dan B tidak boleh memiliki logika 1 secara bersamaan karna jika terjadi akan mengakibatkan arus listrik mengalir secara langsung dari kutub positif ke kutub negatif (konsleting)

Untuk mengatasi hal tersebut sobat dapat membuat rangkaian H-bridge transistor dengan sistem proteksi

MOTOR STEPPER

Pengertian Motor Stepper

Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Kenapa disebut diskrit? Karena sebenarnya motor stepper berputar secara bertahap, tidak kontinyu seperti berputarnya motor AC induksi. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa  yang diberikan kepada motor. Karena itu, untuk menggerakkan motor stepper diperlukan pengendali motor stepper yang membangkitkan pulsa-pulsa periodik.

Prinsip Kerja Motor Stepper

Prinsip kerja motor stepper adalah bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit dimana motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada motor stepper tersebut. Motor stepper putarannya dapat dikontrol per derajat (1 step) dengan menggunakan pulsa listrik yang diberikan, ketelitian putaran motor stepper ditentukan dari banyaknya jumlah step yang dimiliki motor tersebut.

Berbeda dengan motor DC yang dapat langsung dihubungkan dengan catu daya agar dapat berputar, untuk menggerakkan motor stepper, kita harus memberikan pulsa 5V pada 4 pin motor steppper dengan pola urutan tertentu. Satu urutan tertentu tersebut akan menggerakkan satu step (sekian derajat sesuia derajat spesifikasinya (x0)) dan untuk memutar sati putaran penuh stepper motor (3600), dapat dilakukan dengan mengulang 1 step tersebut sebanyak n kali (n x x0 = 3600).

Prinsip Kerja Motor Stepper
Gambar 5

Untuk motor stepper dengan lilitan bipolar, diperlukan sinyal pulsa yang berubah-ubah dari positif ke negatif dan sebaliknya. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 6

Jadi pada setiap terminal lilitan (A & B) harus dihubungkan dengan sinyal yang mengayun atau berubah – ubah  dari positif ke negatif dan sebaliknya. Karena itu dibutuhkan rangkaian pengendali yang lebih kompleks daripada rangkaian pengendali untuk motor unipolar. Motor stepper bipolar torsi yang lebih besar dibandingkan dengan motor stepper unipolar untuk ukuran yang sama.

Motor stepper dapat dijalankan dalam dua mode, yaitu mode half step dan mode full step. Pada mode full step akan diberikan variasi input yang membuat motor bergerak sesuai dengan derajat spesifikasinya.

MODE FULL STEP

SEARAH JARUM JAM

BERLAWANAN ARAH JARUM JAM

 

Gambar 7

Jika diperhatikan, signal pulsa seolah – olah berjalan dari phase A ke phase B dan seterusnya. Sehingga bagian rotor yang diibaratkan seperti magnet akan berputar karena tertarik oleh gaya magnet yang dibangkitkan oleh setiap phase. Pemberian signal seperti di atas adalah metode full step, sehingga untuk 1 putaran penuh dibutuhkan 4 kali step.

MODE HALF STEP

SEARAH JARUM JAM

BERLAWANAN ARAH JARUM JAM

Gambar 8

Untuk selanjutnya, perintah step untuk merubah kondisi logic phase dilakukan dengan memberi pulse atau clock pada driver motor stepper. Dengan demikian, pada metode full step, jika diberikan pulsa sebanyak 8 kali, maka motor akan berputar 2 putaran. Begitu juga jika diberikan pulsa sebanyak 16 kali, maka motor akan berputar 4 putaran. Berapa jumlah putaran jika hanya diberi 3 pulsa? Ya betul, hanya ¾ putaran saja atau 270 derajat. Dari sini dapat kita pahami bahwa untuk mengatur sudut putaran sebuah motor Stepper, maka yang harus diatur adalah jumlah pulsa yang diberikan pada drivernya.

KODE PROGRAM ARDUINO

int IN1=8;
int IN2=9;
int IN3=10;
int IN4=11;
int delaytime=1000;
void setup(){
pinMode(IN1,OUTPUT);
pinMode(IN2,OUTPUT);
pinMode(IN3,OUTPUT);
pinMode(IN4,OUTPUT);
}
void loop(){

fullCCW();
//Ganti sesuai yang diinginkan

}

void fullCW(){
step1();
delay(delaytime);
step2();
delay(delaytime);
step3();
delay(delaytime);
step4();
delay(delaytime);
}

void halfCW(){
step1();
delay(delaytime);
step1_5();
delay(delaytime);
step2();
delay(delaytime);
step2_5();
delay(delaytime);
step3();
delay(delaytime);
step3_5();
delay(delaytime);
step4();
delay(delaytime);
}

void fullCCW(){
step4();
delay(delaytime);
step3();
delay(delaytime);
step2();
delay(delaytime);
step1();
delay(delaytime);
}

void halfCCW(){
step4();
delay(delaytime);
step3_5();
delay(delaytime);
step3();
delay(delaytime);
step2_5();
delay(delaytime);
step2();
delay(delaytime);
step1_5();
delay(delaytime);
step1();
delay(delaytime);
}

void step1(){
digitalWrite(IN1,LOW);
digitalWrite(IN2,LOW);
digitalWrite(IN3,HIGH);
digitalWrite(IN4,HIGH);
}

void step1_5(){
digitalWrite(IN1,LOW);
digitalWrite(IN2,LOW);
digitalWrite(IN3,LOW);
digitalWrite(IN4,HIGH);
}

void step2(){
digitalWrite(IN1,HIGH);
digitalWrite(IN2,LOW);
digitalWrite(IN3,LOW);
digitalWrite(IN4,HIGH);
}

void step2_5(){
digitalWrite(IN1,HIGH);
digitalWrite(IN2,LOW);
digitalWrite(IN3,LOW);
digitalWrite(IN4,LOW);
}

void step3(){
digitalWrite(IN1,HIGH);
digitalWrite(IN2,HIGH);
digitalWrite(IN3,LOW);
digitalWrite(IN4,LOW);
}

void step3_5(){
digitalWrite(IN1,LOW);
digitalWrite(IN2,HIGH);
digitalWrite(IN3,LOW);
digitalWrite(IN4,LOW);
}

void step4(){
digitalWrite(IN1,LOW);
digitalWrite(IN2,HIGH);
digitalWrite(IN3,HIGH);
digitalWrite(IN4,LOW);
}

BIT CONTROL

TUJUAN

  1. Dapat membuat diagram ladder untuk suatu sistem
  2. Dapat mengimplementasikan ladder diagram suatu sistem menggunakan Machine Simulator.
  3. Dapat menggunakan Bit Contol dalam membuat ladder diagram.

DASAR TEORI

PLC merupakan sebuah alat untuk mengendalikan suatu kontroller yang digunakan untuk mengendalikan suatu sistem yang lumayan besar. perbedaan antara mikrokontroller dengan PLC adalah dalam hal jumlah daya yang dikeluarkan, kecepatan pemrosesan data, dan kemampuan untuk mengatur sebuah sistem yang dikendalikan. Untuk dapat membuat PLC mengerjakan fungsi yang diinginkan maka PLC perlu diberi perintah terlebih dahulu.

Untuk mengimplementasikan atau menggunakan PLC yang sudah terisi suatu perintah untuk menjalankan beberapa fungsi, perlu adanya suatu sistem yang nyata dan dapat dihubungkan dengan PLC. Untuk membuat sistem yang dapat menjalankan fungsi dari PLC perlu usaha yang besar dan biaya yang tidak sedikit. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi kita sudah dapat melakukan simulasi untuk mengetest sistem dari PLC menggunakan suatu simulator yaitu Machines Simulator.

Machines simulator merupakan suatu aplikasi simulator yang dibuat oleh perusahaan Nirtec yang dapat digunakan untuk mengetest PLC untuk suatu sistem seperti Conveyer Apel yang akan dibahas pada praktikum kali ini yang tersedia di dalam Machines Simulator. yang perlu dilakukan adalah menyambungkan PLC dengan Komputer yang mempunyai aplikasi Machines simulator dan sesuaikan sistem yang ada di Machines Simulator dengan sistem yang ada di PLC sehingga PLC dapat melakukan fungsinya sesuai dengan ladder diagram yang telah diupload.

Dengan Machines Simulator kita dapat melakukan simulasi dan trial error tanpa harus memiliki suatu sistem yang nyata terlebih dahulu sehingga dapat menghemat biaya, tenaga, dan waktu.

  • Pengertian Instruksi SET

Kita ketahui dahulu bagaimana untuk simbol instruksi SET sebagai berikut
.Pengertian Instruksi SET

Dari simbol tersebut menerangkan sebuah instruksi SET bekerja jika ada input dan memberikan alamat B sebagai output dari SET tersebut.

Dapat diperjelas dengan grafik berikut ini.
Pengertian Instruksi SET

Gambar diatas menerangkan bahwa SET akan menghidupkan bit operan ketika kondisi eksekusi ON, dan tidak mempengaruhi status bit operan ketika kondisi eksekusi OFF. Gunakan RSET untuk mematikan alamat yang telah ON dengan SET.

Jadi , fungsi set ini akan bekerja sekali maksudnya ketika memberikan input pada instruksi SET, maka addres B akan ON meskipun inputnya tadi OFF alamat B ini akan ON terus sampai perintah Reset dengan alamat B yang sama.

  • Pengertian Instruksi RSET

RSET adalah sebuah perintah untuk mereset dari perintah SET jadi ada hubunganya, seperti remote dan lokal tetapi ini adalah sebuah instruksi RSET.

Berikut simbol dari RSET.

Pengertian Instruksi RSET

RSET bekerja ketika mendapat sebuah inputan kemudian diproses untuk mereset address B yang semulanya adalah Bit 1 akan menjadi Bit 0 begitu prinsip kerjanya.

Dapat diperjelas dengan grafik berikut.
Pengertian Instruksi RSET

RSET mengubah operan bit OFF ketika kondisi eksekusi ON, dan tidak mempengaruhi status bit operan ketika kondisi eksekusi OFF. Gunakan SET untuk menghidupkan sedikit yang telah dimatikan dengan RSET.

  • Pengertian DIFU (Different UP)

DIFU atau bisa disebut dengan Different Up adalah sebuah instruksi untuk mengubah sebuah nilai operant (bit) dalam 1 siklus atau pulse.
1 siklus artinya hanya on dari kiri ke kanan dalam sebuah ledder sesaat saja, menyatakan hasil dari operator logis (instruksi) seperti AND, OR, dan BUKAN sebagai sinyal biner (ON / OFF). Jadi DIFU untuk mendeteksi adanya nilai OFF ke ON.

  • Pengertian DIFD (Different Down)

Untuk Different Down atau DIFD itu sama halnya dengan DIFU karena perbedaanya hanya di UP dan di Down akan saya jelaskan.
Seperti Push button jika kita menombol maka akan menyala itu adalah DOWN ketika tombol kebawah.
Jika push button dilepas maka akan kembali keatas lah disitulah DIFU ( UP ), gampangkan untuk sebuah logikanya itu menurut saya. Jadi DIFD untuk mendeteksi adanya nilai dari ON ke OFF.

DATA HASIL

Ladder diagram konveyer apel
Ladder diagram garasi

PEMBAHASAN

Dalam membuat suatu ladder diagram terdapat beberapa instruksi yang digunakan untuk menjalankan PLC, instruksi yang digunakan yaitu input dan output. Pengkombinasian input dan output ini nantinya dapat menjadi suatu fungsi intruksi yang dibutuhkan.

Fungsi instruksi sangat dibutuhkan penggunaannya dalam membuat suatu ladder diagram untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu sesuai kebutuhan. Salah satu contoh fungsi dalam ladder diagram ialah fungsi self-holding dimana output dari suatu baris ladder diagram di OR-kan dengan input pada baris tersebut dan rangkaian akan berjalan terus sampai ada fungsi untuk menginterupsinya.

Beberapa fungsi intruksi tersebut adalah :

  • SET : Digunakan sebagai pengganti rangkaian self-holding
  • RSET : Digunakan untuk menginterupsi (mematikan) intruksi SET
  • DIFU : Akan aktif selama beberapa detik ketika mendeteksi adanya perubahan nilai dari 0 ke 1 (LOW ke HIGH)
  • DIFD : Akan aktif selama beberapa  detik ketika mendeteksi adanya perubahan nilai dari 1 ke 0 (HIGH ke LOW)

Beberapa instruksi di atas digunakan dalam ladder diagram pada praktikum kali ini, yaitu mensimulasikan PLC pada program packing apel dan pintu garasi. Pada program packing apel instruksi SET digunakan untuk menggantikan rangkaian self-holding work area, konveyor apel, dan konveyor box. Kemudian instruksi RSET digunakan untuk menghentikan proses dari work area, konveyer apel, dan konveyor box yang sebelumnya menggunakan instruksi SET.  Terakhir instruksi DIFU digunakan untuk mendeteksi sensor box aktif dan akan mengaktifkan konveyor apel.

Pada ladder diagram program pintu garasi, instruksi yang digunakan yaitu SET dan RSET. Instruksi SET digunakan untuk mengaktifkan motor buka yang akan aktif saat tombol buka ditekan dan mengaktifkan motor tutup ketika tombol tutup ditekan. Kemudian instruksi RSET digunakan untuk menghentikan proses dari motor buka dan motor tutup ketika tombol stop ditekan.

KESIMPULAN

Suatu instruksi sangat dibutuhkan dalam membuat ladder diagram untuk program PLC. Rangkaian instruksi dapat dibentuk dari beberapa instruksi yang dirangkai sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Fungsi instruksi ini dapat memudahkan dalam pemrograman PLC, karena ketika fungsi instruksi diakses maka akan terdapat fungsinya masing-masing tanpa harus merangkai beberapa instruksi untuk membuat suatu fungsi.

Dalam membuat suatu ladder diagram yang digunakan untuk memprogram suatu PLC, keefektifan dari suatu ladder diagram akan mempunyai pengaruh yang besar diantaranya akan memudahkan dalam proses troubleshooting ketika memprogram suatu PLC. Dalam PLC terdapat Bit Control yang akan membuat program akan lebih efektif lagi, diantaranya adalah instruksi SET, RSET, DIFU, dan DIFD.

DAFTAR PUSTAKA

IEBHE (3 Oktober 2009). Apa itu PLC dan Apa Fungsinya. Dikutip 1 September 2019 dari ndoware :https://ndoware.com/apa-itu-plc.html

Wicaksono, Handy (2009). Programmable Logic Control Teori, Pemrograman, dan Aplikasinya dalam sistem otomasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.mouser.com/ds/2/307/-532345.pdf

https://www.plcdroid.com/2019/03/plc-omron-instruksi-set-rset-set-reset.html

https://www.plcdroid.com/2019/03/DifferentUpDifferentDown.html

SIMULASI PLC (MACHINES SIMULATOR)

TUJUAN

  1. Dapat membuat ladder diagram untuk mengendalikan suatu alat
  2. Dapat mengimplementasikan ladder diagram yang dibuat menggunakan Machines Simulator

DASAR TEORI

PLC merupakan sebuah alat untuk mengendalikan suatu kontroller yang digunakan untuk mengendalikan suatu sistem yang lumayan besar. perbedaan antara mikrokontroller dengan PLC adalah dalam hal jumlah daya yang dikeluarkan, kecepatan pemrosesan data, dan kemampuan untuk mengatur sebuah sistem yang dikendalikan. Untuk dapat membuat PLC mengerjakan fungsi yang diinginkan maka PLC perlu diberi perintah terlebih dahulu.

Untuk mengimplementasikan atau menggunakan PLC yang sudah terisi suatu perintah untuk menjalankan beberapa fungsi, perlu adanya suatu sistem yang nyata dan dapat dihubungkan dengan PLC. Untuk membuat sistem yang dapat menjalankan fungsi dari PLC perlu usaha yang besar dan biaya yang tidak sedikit. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi kita sudah dapat melakukan simulasi untuk mengetest sistem dari PLC menggunakan suatu simulator yaitu Machines Simulator.

Machines simulator merupakan suatu aplikasi simulator yang dibuat oleh perusahaan Nirtec yang dapat digunakan untuk mengetest PLC untuk suatu sistem seperti Conveyer Apel yang akan dibahas pada praktikum kali ini yang tersedia di dalam Machines Simulator. yang perlu dilakukan adalah menyambungkan PLC dengan Komputer yang mempunyai aplikasi Machines simulator dan sesuaikan sistem yang ada di Machines Simulator dengan sistem yang ada di PLC sehingga PLC dapat melakukan fungsinya sesuai dengan ladder diagram yang telah diupload.

Dengan Machines Simulator kita dapat melakukan simulasi dan trial error tanpa harus memiliki suatu sistem yang nyata terlebih dahulu sehingga dapat menghemat biaya, tenaga, dan waktu.

DATA HASIL

Ladder Diagram

Flag Diagram

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kegiatan yang dilakukan adalah mensimulasikan program PLC (Ladder Diagram) dengan Machines Simulator. Program yang akan dibuat adalah ladder diagram untuk menjalankan sistem konveyer apel yang digunakan untuk memasukkan jumlah apel yang diinginkan ke dalam kotak.

Langkah pertama yang harus dilakukan ialah membuat rangkaian self-holding untuk tombel power. Rangkaian ini berfungsi agar ketika tombol start ditekan maka sistem akan berjalan terus hingga tombol stop ditekan. Lalu untuk langkah selanjutnya, dapat dibuat ladder diagram dengan mengikuti flag diagram pada gambar kedua.

Langkah berikutnya ialah membuat rangkaian agar conveyer box berjalan dan berhenti di suatu posisi (ditandai dengan aktifnya sensor box). Kemudian ketika sensor box aktif dan conveyer box berhenti hal yang selanjutnya dilakukan oleh sistem tersebut adalah menjalankan conveyer apel dan jika sudah mencapai jumlah tertentu (dalam praktikum kali ini berjumlah 3) maka conveyer apel akan berhenti dan conveyer box akan berjalan lagi setelah 3 detik (dibuat rangkaian menggunakan timer). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apel yang jatuh sebelum dapat masuk ke dalam box. Jumlah apel akan dihitung dengan sensor apel yang diletakkan di ujung conveyor apel. Pada ladder diagram digunakan rangkaian menggunakan counter yang diset untuk menghitung 3 apel dan selanjutnya counter conveyor apel akan tereset setelah conveyor tidak aktif (tidak mendeteksi adanya box di depan sensor). Setelah box melewati sensor box maka sistem akan berjalan dari awal lagi.

KESIMPULAN

Kegiatan pada praktikum kali ini ialah mensimulasikan program ladder diagram untuk PLC dengan menggunakan Machines Simulator. Machines Simulator sendiri dapat langsung disambungkan ke PLC sehingga dapat dilihat kerja dari suatu PLC dalam suatu sistem yang sedang berjalan.

Sistem yang akan digunakan dalam simulasi PLC kali ini adalah conveyer apel yang digunakan untuk memaketkan apel ke dalam box kayu yang tersedia dengan jumlah tertentu. Dalam simulasi ladder diagram yang dibuat didapatkan hasil yang memuaskan dikarenakan sistem dapat berjalan tanpa masalah. Untuk membuat program yang digunakan dalam sistem tersebut perlu dilakukan beberapa kali troubleshooting dan trial error untuk mendapatkan hasil yang bekerja dengan baik dan tanpa masalah.

REFERENSI

IEBHE (3 Oktober 2009). Apa itu PLC dan Apa Fungsinya. Dikutip 1 September 2019 dari ndoware :https://ndoware.com/apa-itu-plc.html
Wicaksono, Handy (2009). Programmable Logic Control Teori, Pemrograman, dan Aplikasinya dalam sistem otomasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.mouser.com/ds/2/307/-532345.pdf

 

LAPORAN PRAKTIKUM PLC 2

CX-PROGRAMMER DAN CX-DESIGNER

TUJUAN PRAKTIKUM

  • Memahami CX-Programmer dan CX-Designer
  • Memahami cara mengintegrasikan CX-Designer dan CX-Programmer
  • Memahami cara mengintegrasikan CX-Programmer, CX-Designer, dan PLC

DASAR TEORI

PLC merupakan sebuah alat untuk mengendalikan suatu kontroller yang digunakan untuk mengendalikan suatu sistem yang lumayan besar. perbedaan antara mikrokontroller dengan PLC adalah dalam hal jumlah daya yang dikeluarkan, kecepatan pemrosesan data, dan kemampuan untuk mengatur sebuah sistem yang dikendalikan. Untuk dapat membuat PLC mengerjakan fungsi yang diinginkan maka PLC perlu diberi perintah terlebih dahulu.

Untuk memberikan perintah ke PLC, kita tidak bisa melakukan hal yang sama seperti memberikan perintah ke mikrokontroller. Jika dalam mikrokontroller kita memberikan perintah dengan cara memasukan (mengupload) data dalam bentuk suatu kode pemrograman dalam bahasa pemrograman tertentu, maka PLC memiliki cara yang berbeda untuk memberikan atau memasukan perintah ke PLC. PLC akan melakukan suatu fungsi yang diinginkan jika kita memasukan perintah berupa ladder diagram. Ladder diagram merupakan suatu bentuk pemrograman untuk PLC yang berisi tentang perintah yang harus dijalankan PLC. Untuk dapat memasukan Ladder diagram ke PLC maka perlu adanya perantara yang dapat mengubah data dari ladder diagram untuk dimasukkan ke memori PLC untuk dijalankan. Aplikasi yang dapat menjadi perantara tersebut adalah CX-Programmer.

CX-Programmer merupakan suatu aplikasi untuk membuat ladder diagram dan juga memuat fungsi-fungsi lainnya yang berkaitan tentang PLC seperti menghubungkan PLC dengan komputer, simulasi ladder diagram, dan dapat membuat ladder diagram yang nantinya diupload ke PLC. Agar fungsi dari ladder diagram itu bisa dikendalikan maka perlu suatu interface yang dapat digunakan untuk mengendalikan fungsi dari ladder diagram yang telah dibuat. Untuk itu diperlukanlah CX-Designer.

CX-Designer adalah aplikasi yang digunakan untuk membuat interface yang terhubung dengan CX-Programmer untuk dapat mengendalikan fungsi yang terdapat dalam ladder diagram yang telah dibuat. Selain itu CX-Designer juga dapat mensimulasi hasil yang telah dibuat dan terhubung dengan CX-Programmer sebagai sumber data yang terkait fungsi dalam ladder diagram.

METODE EKSPERIMEN

  1. Praktikan menyalakan komputer dan membuka aplikasi CX Programmer
  2. Praktikan menyalin diagram tangga yang ditampilkan
  3. Praktikan mengintegerasikan CX Programmer dan CX Designer
  4. Laporkan hasil ke asisten

DATA HASIL PRAKTIKUM

Gambar 1 Ladder Diagram

Gambar 2 Interface HMI

 

PEMBAHASAN

Pada praktikum  kali ini terdapat sebuah fungsi yang diintepretasikan dalam Ladder diagram di CX-Programmer. Beberapa input telah disusun satu sama lain untuk menghasilkan sebuah output yang sedemikian rupa. Dalam praktikum kali ini digunakan tipe I/O yang sedikit berbeda dari praktikum sebelumnya. Jika biasanya tipe area Input/Output itu merupakan Common I/O Area, maka terdapat area baru yaitu work area yang berguna sebagai bit kerja.

Selanjutnya ialah menghubungkan CX-Programmer ke  CX-Designer. Setelah dipastikan terhubung maka CX-Designer dapat digunakan sebagai interface output dari apa yang ada pada Ladder diagram CX-Programmer. Jika ingin menghubungkan ke PLC, cukup memilih tab “connect to PLC”, tetapi jika tidak maka cukup hubungkan CX-Designer dengan CX-Programmer saja.

KESIMPULAN

Aplikasi CX-Designer dan CX-Programmer ini dapat diintegrasikan untuk menampilkan interface dari PLC. Pada CX-Programmer kita dapat membuat ladder diagram dan menkonfigurasi alamat setiap input outputnya. CX-Designer merupakan aplikasi yang digunakan untuk membuat interface yang akan mengendalikan setiap input dan menampilkan output pada ladder diagram. Hal ini sebenarnya masih dapat dilanjutkan, yaitu dengan mengintegrasikannya dengan PLC, namun pada praktikum kali ini terdapat hambatan berupa komunikasi serial yang error.

DAFTAR PUSTAKA

IEBHE (3 Oktober 2009). Apa itu PLC dan Apa Fungsinya. Dikutip 1 September 2019 dari ndoware :https://ndoware.com/apa-itu-plc.html
Wicaksono, Handy (2009). Programmable Logic Control Teori, Pemrograman, dan Aplikasinya dalam sistem otomasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.mouser.com/ds/2/307/-532345.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM PLC 1

PENGENALAN PLC

1. TUJUAN PRAKTIKUM

  • Memahami pengertian PLC
  • Mampu menggunakan CX-Programmer untuk pemrograman PLC
  • Mampu menggunakan perangkat PLC

2. DASAR TEORI

PLC memiliki kepanjangan yaitu Programmable Logic Controller. PLC adalah komputer elektronik yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam.

Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah sistem elektronik yang beroperasi secara digital dan didesain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O digital maupun analog.Fungsi PLC dalam lapangan sangatlah luas penggunaannya. Namun dalam prakteknya fungsi PLC dapat dibagi secara umum dan khusus.

Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut:

  1. Sekuensial Control. PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
  2. Monitoring Plant. PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator.

Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC (Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.

3. LADDER DIAGRAM

Ladder Diagram atau diagram tangga adalah skema khusus yang biasa digunakan untuk mendokumentasikan sistem logika kontrol di lingkungan industri. Ladder Diagram berfungsi sebagai metoda pemrograman dalam PLC, ini digunakan untuk memberikan instruksi yang diinginkan ke dalam perangkat PLC.

Ladder diagram

Ladder diagram di atas digunakan untuk memberikan perintah yang bekerja dengan logika boolean.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, digunakan aplikasi CX-Programmer. CX-Programmer merupakan sebuah aplikasi yang berfungsi untuk membuat suatu perintah ladder diagram yang nantinya digunakan untuk memprogram suatu perangkat PLC sesuai kebutuhan. Dalam CX-Programmer terdapat 2 perintah yaitu input dan output. Pada perintah input terdapat 2 jenis keadaan yaitu, Normally Open (NO) dan Normally Close (NO). Dengan mengimplementasikan teori pada kedua keadaan input maka dapat dibuat ladder diagram seperti pada contoh diatas.

Ketika ladder diagram selesai dibuat maka untuk membuat PLC dapat bekerja dengan ladder diagram yang dibuat yaitu dengan cara menyambungkan perangkat PLC ke perangkat PC melalui slot pheripheral. Setelah menyambungkan kabel slot tersebut, hal yang selanjutnya dilakukan adalah membuat perangkat PLC dan PC terhubung yaitu dengan cara meng-klik tab “PLC” kemudian pilih “Work Online”.

Setelah itu akan muncul notifikasi pada PC, yang meminta konfirmasi untuk menghubungkan PLC dan mengupload program ke perangkat PLC, tekan OK. Tunggu beberapa saat sampai program dalam CX-Programmer selesai terupload. Ketika program sudah selesai terupload maka PLC akan masuk ke monitor mode. Untuk mengetahui apakah program PLC bekerja dengan baik maka dapat dilakukan perubahan kondisi pada input dan melihat hasil outputnya.

Pada baris pertama ladder diagram bekerja dengan logika boolean A=A, dimana ketika input pada baris pertama yang merupakan normally open diberi logika 1 maka akan menghasilkan output 1, berlaku juga sebaliknya. Baris kedua terdapat input NOT yang diimplementasikan dengan saklar normally close, ladder diagram ini bekerja dengan logika boolean NOT dimana hasil output merupakan kebalikan dari inputnya, jika input diberi logika 1 maka akan menghasilkan output 0, berlaku juga sebaliknya. Baris ketiga bekerja dengan logika OR dimana dihasilkan dari output salah satu inputnya, dengan cara menggabungkan saklar normally open dengan saklar normally close dan di OR kan dengan hasil outputnya sendiri.

5. KESIMPULAN

PLC merupakan suatu perangkat yang berfungsi sebagai controller  untuk menjalakan sebuah perintah yang kompleks dan besar. PLC sering digunakan dalam sistem industri dan bekerja sebagai otomasi industri, hal ini dikarenakan dalam otomasi industri dibutuhkan perangkat yang kuat dan kokoh.

Untuk dapat menjalankan PLC sesuai yang dibutuhkan maka dapat digunakan CX-Programmer untuk memberikan instruksi sesuai yang dibutuhkan. Dalam CX-Programmer ini terdapat ladder diagram yang dapat disebut sebagai program yang kemudian dapat diupload kedalam perangkat PLC untuk memberikan perintah pada perangkat PLC sesuai yang dibutuhkan.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • https://ndoware.com/apa-itu-plc.html
  • https://www.edukasielektronika.com/2016/05/pengertian-dan-definisi-plc.html
  • http://elmecon-mk.com/article/apa-itu-ladder-diagram-dalam-plc-programming/